
Osteoporosis adalah penyakit yang sering disebut sebagai “silent disease” karena berkembang perlahan tanpa gejala, hingga akhirnya menyebabkan patah tulang secara tiba-tiba. Kondisi ini membuat tulang menjadi rapuh dan keropos, sehingga meningkatkan risiko cedera, terutama pada bagian pinggul, pergelangan tangan, dan tulang belakang.
PAFI SUKADANA (Persatuan Ahli Farmasi Indonesia) mengingatkan bahwa deteksi dini osteoporosis sangat penting dilakukan, bahkan sebelum gejala muncul. Semakin cepat kondisi ini diketahui, semakin besar peluang untuk mencegah komplikasi serius di kemudian hari.
Sayangnya, kesadaran masyarakat terhadap bahaya osteoporosis dan pentingnya pemeriksaan rutin tulang masih rendah. Banyak orang baru menyadari mereka mengalami osteoporosis setelah mengalami patah tulang yang sebenarnya bisa dicegah.
Apa Itu Osteoporosis?
Osteoporosis adalah kondisi di mana kepadatan dan kualitas tulang menurun secara signifikan, sehingga tulang menjadi lebih lemah dan rentan retak. Proses ini bisa terjadi seiring bertambahnya usia, terutama pada wanita setelah menopause, akibat menurunnya kadar hormon estrogen.
Namun, menurut PAFI SUKADANA, osteoporosis tidak hanya menyerang lansia. Orang yang lebih muda pun bisa mengalaminya jika memiliki faktor risiko tertentu, seperti kurang asupan kalsium dan vitamin D, gaya hidup tidak aktif, konsumsi alkohol dan rokok berlebihan, atau penggunaan obat tertentu seperti kortikosteroid dalam jangka panjang.
Mengapa Deteksi Dini Penting?
Deteksi dini memungkinkan penanganan dilakukan sebelum tulang benar-benar kehilangan massa secara signifikan. Pemeriksaan rutin bisa membantu mengidentifikasi risiko sejak awal dan mencegah kondisi memburuk.
PAFI SUKADANA menyatakan bahwa pemeriksaan kesehatan tulang seharusnya menjadi bagian dari rutinitas, khususnya bagi mereka yang berusia di atas 50 tahun atau memiliki faktor risiko.
Dengan mengetahui kepadatan tulang saat ini, dokter dapat memberikan saran mengenai pola makan, olahraga, dan bahkan pengobatan yang diperlukan untuk menjaga kekuatan tulang.
Pemeriksaan yang Dapat Dilakukan
Ada beberapa metode pemeriksaan yang bisa digunakan untuk mendeteksi osteoporosis, di antaranya:
1. Tes Densitometri Tulang (DXA/DEXA)
Ini adalah tes utama untuk mengukur kepadatan mineral tulang. Tes ini sangat akurat dan tidak menimbulkan rasa sakit. Hasilnya berupa skor T-score yang menunjukkan seberapa kuat tulang Anda dibandingkan dengan rata-rata orang sehat muda.
PAFI SUKADANA menganjurkan tes ini dilakukan pada wanita berusia 65 tahun ke atas dan pria usia 70 tahun ke atas, atau lebih muda jika ada faktor risiko seperti riwayat patah tulang, menopause dini, atau penggunaan obat tertentu.
2. Tes Penunjang Lain
Selain DXA, ada juga tes darah dan urine untuk memeriksa metabolisme tulang, seperti kadar kalsium, vitamin D, hormon paratiroid, dan penanda pembentukan tulang. Tes ini membantu menentukan penyebab menurunnya kepadatan tulang dan langkah pengobatan yang tepat.
Siapa Saja yang Perlu Waspada?
PAFI SUKADANA menjelaskan bahwa beberapa kelompok yang harus lebih waspada terhadap osteoporosis antara lain:
-
Wanita setelah menopause
-
Pria usia di atas 70 tahun
-
Orang dengan berat badan rendah atau tubuh kurus
-
Perokok dan peminum alkohol berat
-
Pengguna jangka panjang obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid
-
Orang dengan riwayat keluarga osteoporosis atau patah tulang karena cedera ringan
Jika Anda termasuk salah satu dari kategori di atas, konsultasikan kepada dokter atau apoteker untuk mendapatkan saran mengenai skrining osteoporosis.
Gaya Hidup Sehat untuk Tulang Kuat
Pencegahan osteoporosis tidak hanya lewat pemeriksaan, tapi juga melalui gaya hidup sehat. PAFI SUKADANA membagikan beberapa tips penting berikut:
1. Konsumsi Kalsium dan Vitamin D
Kalsium penting untuk membangun dan mempertahankan tulang kuat. Sumbernya bisa dari susu, keju, yoghurt, ikan berkaleng (seperti sarden), dan sayuran hijau. Vitamin D dibutuhkan agar tubuh bisa menyerap kalsium secara optimal.
2. Aktif Bergerak
Latihan beban seperti berjalan, berlari, menari, atau naik tangga membantu memperkuat tulang. Aktivitas fisik juga menjaga keseimbangan tubuh sehingga mengurangi risiko jatuh dan cedera.
3. Hindari Rokok dan Alkohol
Merokok dan konsumsi alkohol secara berlebihan mempercepat hilangnya massa tulang dan mengganggu penyerapan nutrisi penting.
4. Hindari Diet Ekstrem
Diet yang terlalu rendah kalori atau nutrisi bisa menyebabkan defisiensi kalsium dan mempercepat kerapuhan tulang. Pilih pola makan seimbang yang mencukupi semua kebutuhan gizi harian.
Peran PAFI SUKADANA dalam Edukasi Masyarakat
Sebagai bagian dari PERSATUAN AHLI FARMASI INDONESIA, PAFI SUKADANA terus aktif memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya deteksi dini dan pencegahan osteoporosis. Apoteker memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi tentang obat pencegah pengeroposan tulang, suplemen yang dibutuhkan, serta saran gaya hidup sehat.
Melalui berbagai kegiatan di apotek, kampanye kesehatan, dan penyuluhan masyarakat, PAFI SUKADANA berupaya mengurangi angka kejadian patah tulang akibat osteoporosis yang bisa dicegah. Apoteker juga bisa membantu menilai risiko pasien terhadap osteoporosis dan merekomendasikan skrining bila diperlukan.
Osteoporosis adalah penyakit serius yang bisa dicegah dan dikendalikan sejak dini. Jangan tunggu sampai tulang rapuh dan patah baru mengambil tindakan. Deteksi dini melalui pemeriksaan seperti DXA dan pengujian laboratorium sangat penting, terutama bagi kelompok berisiko.
PAFI SUKADANA mengajak seluruh masyarakat, terutama usia lanjut, untuk lebih peduli terhadap kesehatan tulang. Konsultasikan dengan tenaga kesehatan atau apoteker mengenai risiko dan pemeriksaan yang sesuai. Ingat, tulang kuat adalah kunci untuk hidup aktif, sehat, dan mandiri di masa tua.